Langsung ke konten utama

Postingan

Digitalisasi Tahi (pt. 1)

Belakangan ini, Indonesia lagi sering diguncang sama berita-berita tidak enak. Mulai dari pembunuhan yang menyeret perwira, kementerian tidak becus kerja (bukan hal baru), sampai dengan kebocoran data massal. Jujur, hal ini sebenernya bikin saya dan beberapa kawan mulai bikin rencana untuk meninggalkan negara ini. Kenapa? Simple . Kami nggak bisa lihat masa depan kami di sini. Negara ini kebanyakan gimmick , pongah, dan nggak terima kritik.  Sepertinya sudah jadi rahasia umum ya kalau boomer-boomer  pemangku kuasa negara ini obsesi sekali sama DIGITALISASI . Meaning, apa-apa harus bisa diurus online. Harus bisa diurus pakai aplikasi dari mana saja, kapan saja, dan siapa saja sehingga masyarakat pun lebih mudah mengurus ini-itu. Jujur, ini sebuah visi yang mulia. Siapa sih yang nggak mau ngurus tetekbengek kependudukan dari gawainya masing-masing? Saya mah mau banget! Sayang, pelaksanaannya tidak seindah itu.
Postingan terbaru

Bandung; Silaturahmi dan Penggemukan Diri Pt. 2

Nah, menyambung sama entry sebelumnya , saya mau lanjut cerita soal hari kedua saya di Bandung. Oknum-oknumnya masih sama dengan hari pertama, tapi kegiatannya jelas berbeda. Soalnya di hari kedua ini, kami sudah menentukan destinasi yang akan kami tuju dari sejak di Jakarta. Bahkan kami sampai rela bangun pagi-pagi sekali!

Bandung; Silaturahmi dan Penggemukan Diri Pt. 1

Jujur nih, ya. Selama dua puluh something hidup, saya belum pernah bisa menikmati kota ini. Tiap kali ke sini, pasti akhirannya kalau nggak ngendog  di rumah saudara saja nungguin bapak yang terlelap, ya buat kerja. Jadi ya nggak bisa ngapa-ngapain. Nggak enjoy dan nggak tau mana-mana. Sedih 'kan? Pengetahuan saya soal Bandung cuma sebatas jalan Moh. Toha, Ciwalk, dan sekilas soal Paris von Java. Miris banget. Tapi kemudian, terbersit ide buat merayakan ultah salah satu kawan saya di sana. Kebetulan dese juga habis sidang doktoral. Sebuah milestone yang luar biasa 'kan? Makanya setelah melalui berbagai perencanaan yang ngga bisa dibilang mulus (karena satu dua hal yang sebenarnya bodoh tapi ya sudahlah), akhirnya saya dan kawan saya satu lagi berangkat. Mengemban misi untuk mengisi perut dan menyerahkan kado. Saya naik kereta pagi, beliau naik kereta sore. Golnya sama; Ibukota Priangan, Bandung.

flirty tapi bodoh.

Belum lama ini di sisi lain twitter saya ada ramai kasus pelecehan . Kemudian yang jadi korbannya membuka space untuk angkat bicara. Dukungan dan kata-kata penyemangat pun mengalir deras buat gadis berusia 19 tahun ini. Semua pun di-retweet dan di-like satu persatu. Dipikir lagi, kalau boleh saya berpendapat dari yang biasa saya lihat, vibe kasus ini terasa lebih "ringan" dan "optimis" dibandingkan kasus-kasus lain serupa. Tidak ada nay-sayers, tidak ada pihak yang menyalahkan korban. Ngabers dengan penis kecil tidak terlihat sejauh mata memandang. Dystopian banget 'kan?

Game.

Semua orang pasti butuh liburan. Nggak pakai pengecualian. Beda saja paling caranya, iya atau iya? Hehehe...  Buatku definisi liburan itu sesederhana menghabiskan hari melakukan yang sesuatu yang biasanya kuanggap "gangguan" di hari-hari normal. Misalnya nih, scrolling tiktok sampai eneg, chatting non stop sama teman, sama yang paling baru; jalan-jalan di Teyvat alias main Genshin. Kalau lagi liburan, saya bisa berjam-jam main Genshin. Mulai dari menghabiskan resin, cari drop-dropan monster, sampai dengan masak-masak berbagai makanan dengan harapan bisa unlock specialty dish karakter favorit (DILUC I'M BEGGING YOU GIVE ME THAT DELICIOUS STEAK). Benar-benar nggak peduli waktu. Pokoknya yang bisa menghentikan saya cuma kalau mata sudah mulai lelah atau perut yang minta diisi.

Nasehat

Nggak kehitung sudah berapa banyak blog yang kubikin tapi akhirannya terbengkalai. Mungkin yang ini akan jadi berbeda, who knows? Tapi aku berani jamin, aku nggak punya commitment issue, kok. Cuma bosenan dan suka lupa password. Benar-benar itu saja masalahku. Nah, untuk mengesahkan blog ini, aku mau cerita sedikit soal pengalaman atau lebih tepatnya trauma yang baru berhasil kuhadapi belakangan ini. Aku bahkan nggak tahu kalau ini ternyata lumayan jadi beban buatku sampai akhirnya aku ngobrol sama teman-teman yang kurang lebih like-minded sama aku sekarang. Supaya lebih paham konteksnya, mari kita sama-sama simak pertanyaan pilihan ganda di bawah: